Social Icons

Pages

Selasa, 29 Januari 2013

Monopause pada pria

Pria Juga Bisa Mengalami “Menopause”

Banyak orang mengira hormon seksual pria tidak dipengaruhi usia. Hal itu tidak benar. Penelitian terbaru membuktikan bahwa pria juga mengalami penurunan hormon seksual seperti halnya wanita.

Setiap wanita yang hidup cukup lama akan mengalami menopause, yaitu jeda permanen dalam siklus haid yang menandai berakhirnya aliran hormon estrogen di dalam tubuhnya. Biasanya, hal ini terjadi di usia antara 45 dan 55 tahun. Penurunan dramatis dalam hormon ini dapat memicu segala macam perubahan fisik dan psikologis.
Sebaliknya, aliran hormon pada pria tidak berhenti mendadak seperti pada wanita. Namun, kadar testosteron secara bertahap mulai menurun dengan laju penurunan 1-2 persen per tahun mulai usia 30 tahun. Pada beberapa pria, akumulasi hasilnya selama bertahun-tahun bisa tidak menyenangkan dan berpotensi mengubah hidup. Banyak orang menyebut kondisi itu sebagai menopause pria. Istilah yang lebih tepat adalah andropause.

Apakah andropause?

Andropause berasal dari kata androgen, yang mengacu pada hormon laki-laki– meskipun perempuan juga memilikinya dalam tingkat lebih rendah. Androgen utama adalah testosteron, DHT (dihidrotestosteron), androstenedion, dan DHEA (dehidroepiandrosteron). Testosteron meningkatkan libido, membangun jaringan tubuh (termasuk otot dan tulang), membantu menjaga sekresi minyak yang normal di kulit dan rambut, dan memiliki efek pada fungsi kognitif otak, ketajaman mental dan konsentrasi, kemampuan visual-spasial, stamina dan suasana hati yang normal. Androgen diperlukan untuk fungsi ereksi normal, sedangkan testosteron adalah kofaktor yang diperlukan untuk produksi sperma dan kesuburan. Androgen menyebabkan karakteristik seksual laki-laki, termasuk wajah, pertumbuhan rambut dan suara yang lebih dalam. Testosteron bermanfaat bagi jantung dan pembuluh darah.
Andropause adalah situasi yang terjadi ketika testis tidak menghasilkan cukup testosteron. Banyak penelitian mendefinisikan testosteron rendah pada pria bila kadarnya 250-300 nanogram per desiliter atau kurang. Pria berusia 20-an dan 30-an biasanya memiliki kadar testosteron dalam kisaran 600. Menurut New England Journal of Medicine (Rhoden, Januari 2004), testosteron rendah terjadi pada sekitar 9% pria berusia 40-an, 30% pria berusia 50-an, 42% pria berusia 60-an dan 70% pria berusia 70-an.
Gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan konsumsi alkohol yang tinggi, kegemukan dan stres meningkatkan risiko andropause.

Gejala

Gejala umum andropause termasuk (tidak semua selalu hadir):
Gejala lain mungkin termasuk (tidak semua selalu hadir):
  • stamina menurun
  • penurunan daya mental,  kognisi, konsentrasi, lekas marah, gugup, depresi, murung, berkeringat malam, palpasi dan jantung berdebar.
  • penurunan elastisitas kulit
  • penurunan massa dan  kekuatan otot, peningkatan massa lemak
  • pengurangan rambut/bulu di ketiak dan kemaluan
  • pengurangan ukuran testis
  • penurunan massa tulang
  • penurunan jumlah sperma
Beberapa gejala di atas tidak spesifik sehingga dapat disebabkan oleh faktor lain.

Diagnosis

Tidak ada cara tunggal untuk mendiagnosis andropause. Selain mempertimbangkan kondisi kesehatan secara keseluruhan melalui riwayat medis, eksaminasi fisik, dll,  tes laboratorium diperlukan untuk mengetahui berapa banyak testosteron yang dihasilkan seorang pria.

Penanganan

Andropause adalah proses alami. Anda dapat tetap hidup sehat meskipun memiliki testosteron rendah. Bila kondisi tersebut menimbulkan masalah seperti memicu timbulnya diabetes, masalah tiroid atau impotensi, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter ahlinya untuk mengatasi masalah spesifik Anda.
Terapi hormon testosteron adalah pilihan yang berisiko karena dapat berkontribusi terhadap sleep apnea, penyakit jantung, pertumbuhan kanker prostat, dan lainnya.


Sumber :
Monopouse pada pria

Selasa, 08 Januari 2013

gejal nyeri pada pra monopouse

Tips Kesehatan Wanita: 10 Gejala Nyeri pada Masa Menopause


Tips Kesehatan Wanita 10 Gejala Nyeri pada Masa Menopause 150x150 Tips Kesehatan Wanita: 10 Gejala Nyeri pada Masa MenopauseMenopause adalah masa dimana seorang perempuan terhenti dari periode mensturasi secara permanen.
Selain gejala fisik dan psikologis yang muncul pada masa menopause, gejala nyeri juga bisa terjadi pada masa ini.
Berikut adalah 10 gejala nyeri yang mungkin muncul:
1. Nyeri atau fibrokistik pada payudara dapat muncul karena dipengaruhi oleh retensi air yang dialami    selama masa menopause.
2. Nyeri sendi dapat membuat kehidupan dan aktivitas sehari-hari menjadi terganggu pada perempuan yang mengalami menopause.
3. Nyeri atau ketegangan pada otot dapat disebabkan oleh kurangnya olahraga atau pola makan yang buruk.
Seiring dengan bertambahnya usia seorang perempuan, otot yang tidak digunakan secara teratur akan menjadi lebih tegang.
Oleh karena itu direkomendasikan untuk menjaga kelenturan otot dengan melakukan olahraga secara teratur.
4. Migren dan sakit di kepala menjadi lebih sering terjadi akibat dari perubahan hormonal atau terapi sulih hormon. Krim progesteron terkadang bisa juga menyebabkan sakit kepala.
5. Gatal-gatal pada kulit yang disebabkan oleh kekeringan bisa terjadi pada perempuan menopause. Selain itu, dehidrasi dan kadar estrogen yang rendah dapat pula menyebabkan kulit menjadi gatal-gatal.
6. Kesemutan di tangan, lengan, dan kaki bisa menjadi masalah khas yang muncul juga pada masa menopause.
7. Masalah gigi dan gusi, seperti perdarahan pada gusi atau gingivitis merupakan masalah yang juga mungkin bisa terjadi.
8. Gejala lainnya yaitu rasa terbakar pada lidah yang intens, seolah-olah lidah terkena minuman panas.
9. Masalah pencernaan dapat juga terjadi, misalnya diare, mual, atau kram perut.
10. Sensasi kejutan listrik dapat muncul sebelum atau setelah terjadinya hot flashes, namun biasanya hanya berlansung selama beberapa detik.

Sumber :

gejala nyeri pra monopouse 


Senin, 07 Januari 2013

Gejala Kanker Rahim

Gejala Kanker Serviks

 Kanker serviks adalah salah satu tumor ganas yang paling sering dijumpai pada wanita, juga satu-satunya penyakit kanker yang dapat ditemukan penyebabnya. Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV), virus ini dapat menyebar secara langsung dari kontak kulit, masa inkubasinya bisa lebih dari sepuluh tahun, oleh karena itu distadium awal tidak ada gejala apapun, kanker serviks dapat dicegah juga dapat dideteksi, dengan melakukan skrining kanker serviks secara rutin dapat dengan efektif menghindari menderita kanker serviks.  

 

Gejala kanker serviks :

 1. Terkait dengan erosi serviks : Pada umumnya pasien kanker serviks banyak yang berkaitan dengan erosi serviks, erosi serviks parah adalah penyebab utama terjadinya canceration.
  2. Pendarahan kontak : pendarahan kontak adalah gejala kanker serviks yang paling menonjol, sekitar 70%-80% pasien kanker serviks ada timbul gejala pendarahan vagina. Kebanyakan terjadi setelah hubungan badan atau pada saat melakukan pemeriksaan ginekologi atau terlalu memaksa pada waktu buang air besar, ada darah segar bercampur dengan sekresi vagina (keputihan).
  3. Pendarahan tidak teratur pada vagina : Wanita usia lanjut yang telah menopause bertahun-tahun, tiba-tiba “menstruasi” lagi tanpa sebab. Jumlah pendarahan tidak banyak, juga tidak disertai dengan gejala sakit pada perut dan pinggang, sangat mudah diabaikan. Sering adanya pendarahan tidak teratur pada vagina ini adalah gejala dini kanker serviks, banyak pasien usia lanjut datang berobat karena gejala ini, harus segera mendapatkan diagnosa dini kanker serviks, melakukan pengobatan secara tepat waktu.
  4. Rasa sakit : Perut bagian bawah atau daerah lumbosakral sering terasa sakit, terkadang sakit timbul di perut bagian atas, paha atas dan persendian panggul, setiap saat masa menstruasi, waktu buang air besar atau hubungan badan, rasa sakit akan meningkat, terlebih pada saat infeksi meluas mengarah ke belakang sepanjang ligamen uterosakral atau menyebar sepanjang ligamen luas di bagian bawah, membentuk peradangan kronis jaringan ikat parametrium, pada saat ligamen utama serviks menebal, rasa sakit akan lebih berat. Setiap menyentuh serviks, secara langsung menimbulkan rasa sakit di iliaka fosa, lumbosakral, bahkan ada pasien kanker serviks yang timbul gejala mual.
  5. Peningkatan sekresi vagina (keputihan) : Dalam klinis sekitar 75%-85% pasien kanker serviks mengalami peningkatan sekresi vagina dengan berbagai tingkatan. Kebanyakan muncul peningkatan keputihan, belakangan kebanyakan terkait dengan perubahan bau dan warna. Kanker serviks dikarenakan rangsangan dari lesi kanker, fungsi sekretori dari kelenjar serviks meningkat, menimbulkan keputihan seperti lendir. Keputihan abnormal semacam ini, termasuk jumlah yang meningkat dan perubahan karakteristik, adalah gejala dini kanker serviks.
  Ahli kanker serviks Rumah Sakit Modern Cancer Guangzhou mengingatkan : Secara rutin melakukan skrining kanker serviks dapat membantu orang-orang menghindari kanker serviks, apabila dideteksi menderita kanker serviks harus segera datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan pengobatan.

Sumber :
Gejala Kanker Rahim